Bisnis Olahan Tahu, Siapa yang Tahu?

olahan tahuKendati sudah banyak pemainnya, kemitraan usaha tahu aneka olahan masih meningkat

Tahu telah menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia sejak lama. Selain murah, makanan ini juga digemari karena kandungan protein nabatinya yang tinggi. Saking populernya makanan ini, banyak pengusaha makanan yang menjadikan tahu sebagai ladang bisnis.

Pengusaha makanan ini juga gencar berinovasi dengan menjajakan aneka olahan tahu. Bahkan, sejak 2009 banyak dari mereka yang menawarkan kemitraan atau waralaba. Beberapa diantaranya seperti Tahu Pop, Tahu Krispi Tofuku, dan Tahu Brintiiik Crispy. Walau persaingan usaha ini makin ketat, bisnis tahu tetap menjanjikan.

Setidaknya, itu dialami para pemilik ketiga waralaba tahu tersebut yang mengaku jumlah mitranya bertambah. Seperti apa perkembangan usaha tahu mereka? Berikut ulasannya.

Tahu Pop

TAHU POP OUTLETUsaha yang berdiri tahun 2009 ini mulai menawarkan kemitraan di akhir 2010. Tahun lalu, Tahu Pop sudah memiliki 27 mitra yang tersebar di Bandung, Jatinagor, Garut, Majalengka, Sumedang, dan Tangerang.

Kini mitranya bertambah menjadi 35 mitra. “Dua diantaranya di Jakarta,” kata Andri Juanda, pemilik Tahu Pop.

Tahu Pop menjajakan tahu dengan aneka rasa, mulai dari barbekyu, keju, sambal balado, udang pedas, ayam bawang, dan kari ayam. “Belum lama ini kami tambahkan saus padang dan asam manis,” ujar Andri.

Hingga pertengahan tahun ini, ia menargetkan jumlah mitranya mencapai 50 mitra dan sampai akhir tahun menjadi 100 mitra. Untuk menggenjot jumlah mitra, Andi menambahkan beberapa paket baru.

Bila dulu hanya menawarkan paket Big Stand senilai Rp 6,5 juta, kini ada tiga paket lain. Yakni, paket dorong senilai Rp 8,5 juta, paket motor Rp 25 juta, dan paket mini kafe seharga Rp 45 juta. “Untuk paket dorong sudah sama gerobaknya, dan paket motor sudah sama motornya. Untuk paket mini kafe akan dibuka gerai milik sendiri pada tahun ini di Jatinagor,” ujarnya.

Paket mini kafe ini memang baru ditawarkan, makanya belum memiliki mitra. Terkait pilihan menu, ia tengah menyiapkan beberapa menu baru. Andi mengaku, tengah menguji coba burger tahu dan steik tahu. Bila sukses, menu ini dipasarkan di paket mini kafe.

Saat ini, satu porsi Tahu Pop dibanderol Rp 6000. Penjualan satu harinya mencapai 50 sapia 100 porsi. Adapun omzet per bulannya mencapai Rp 9 juta. Dnegan laba 30%, mitra yang mengambil paket Big Stand sudah balik modal di bulan ketiga.

Tahu Krispi Tofuku

Tahu Krispi Tofuku sukses mencatat pertumbuhan jumlah mitra yang cukup tinggi. Usaha tahu yang berdiri Februari 2008 di Surabaya ini telah memiliki 150 gerai. Dua diantaranya milik sendiri dan sisanya milik mitra. Mitranya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, minus Maluku dan Papua.

Padahal, pada September 2008 lalu, Tofuku baru memiliki tujuh gerai. Saat itu, paket investasinya hanya ada tiga, yakni Rp 4,5 juta, Rp 6 juta, dan Rp 7 juta.

Dengan harga tahu Rp 3.500 per porsi, mitra bisa balik modal dalam waktu 4 hingga 7 bulan. Slamet Raharjo, pemilik Tahu Krispi Tofuku menargetkan jumlah gerainya hingga akhir tahun ini mencapai 200 mitra.

Kali ini, ia ingin memperbanyak jumlah mitra di Bali. “Di Bali cenderumg minim pesaing dan animo masyarakatnya masih bagus,” ujarnya.

Slamet bilang, ada beberapa perubahan yang terjadi pada usaha ini, Antara lain, paket investasi yang mengerucut menjadi dua, yakni Rp 7 juta untuk indoor dan Rp 8,5 juta untuk out door. “Kami juga mengubah harga jual tahu sejak 2010 menjadi Rp 5.000 per porsi,” jelasnya.

Menurutnya, mitra bisa mendulang omzet Rp 6 juta per bulan dan balik modal sekitar 10 bulan. Slamet bilang, sejak dua tahun lalu mulai mengembangkan variasi menu di luar tahu, seperti jamur crispy dan kentang goreng. “Nanti kami berencana membuat burger tahu,” jelasnya.

Tahu Brintiiik Crispy

Sejak berdiri tahun 2009, kehadiran tahu dengan taburan mayones dan aneka bumbu, seperti barbekyu, keju, atau balado ini sukses menggaet banyak pelanggan. Mendapat respon pasar yang bagus, tahun itu juga Tahu Brintiiik Crispy menawarkan kemitraan. Hasilnya tidak mengecewakan.

Saat 2009 lalu, Tahu Brintiiik sudah menggandeng 15 mitra, setahun kemudian, mitra sudah mencapai 50 mitra yang tersebar di kawasan Jakarta.

Namun, di tahun 2011 perkembangan bisnisnya agak stagnan. Kondisi itu terus berlansung hingga tahun ini. “Jumlah mitra belum mengalami penambahan,” kata Alex Satriyo, pemilik waralaba Tahu Brintiiik Crispy.

Ia mengaku, pertumbuhan bisnisnya agak lamban karena kekurangan sumber daya manusia (SDM). “Selain itu, saya juga sibuk dengan pekerjaan lain,” ujarnya.

Toh, ia menilai, prospek bisnis tahu ini masih bagus. Ia pun tetap berencana menggenjot jumlah mitra. Untuk itu, ia akan memperbanyak SDM yang akan membantunya mengelola kemitraan ini.

Hingga kini belum ada perubahan terkait tawaran kemitraan ini. Dalam hal menu, misalnya, masih tetap sama. Begitu pun dengan paket investasinya masih Rp 9 juta. Fasilitas yang didapat mitra juga tetap, yakni gerobak lengkap dengan peralatan masak.

Selain itu, calon mitra kuga akan mendapat pelatihan cara mengolah tahu. Menurut Alex, penjualan Tahu Brintiiik masih stabil di kisaran 50 porsi hingga 100 porsi per hari.

Dengan harga jual Rp 8.000 per porsi, omzet satu bulan bisa mencapai Rp 12 juta dengan laba 25% dari omzet. Semua laba masuk kantong mitra karena tidak ada royalty fee. Balik mocal sekitar tiga hingga enam bulan.

Kuncinya Lokasi Strategis dan Inovasi Menu

Peluang bisnis kemitraan tahu masih sangat menjanjikan. Pengamat wirausaha dari Entrepreneur College, Khoerussalim Ikhsan mengatakan, tahu sudah menjadi makanan pokok yang tidak mengenal tren. Lantaran banyak penggemarnya, bisnis ini tetap menjanjikan. Namun, tidak semua pebisnis tahu bisa berkembang dan sukses. “Hanya mereka yang bisa menjaga mutu dan piawai melakukan pemasaran yang dapat berkembang pesat,"” kata Khoerussalim.

Menurutnya, ada tiga faktor penting agar bisnis tahu bisa berjalan mulus. Pertama, memilih lokasi yang tepat. Selain strategis, pilih lokasi yang tingkat persaingannya masih rendah. Kedua, sumber daya manusia yang rajin berinovasi dan mengembangkan produk. Terakhir yang ketiga, pelajari perilaku atau selera konsumen. “Inovasi dibutuhkan agar respon pasar tak melemah akibat jenuh dengan produk yang ada saat ini, “tegasnya.

Ia bilang, ketiga faktor itu akan saling bersinergi. Jika ketiganya sudah terpenuhi, ia memastikan bisnis ini akan berjalan dengan mulus. Jadi kesimpulannya, mereka yang kreatif akan tetap eksis, kendati persaingan semakin ketat.

Sebaliknya, mereka yang monoton cenderung ditinggalkan konsumen. “Masyarakat tak pernah jenuh dengan tahu, mereka jenuh karena pelaku usaha monoton dalam menyajikan produk,” ujarnya.


Harian Kontan